Jumlah Kasus Aritmia di Indonesia Tinggi
A
A
A
JAKARTA - Sebagai salah satu penyakit jantung yang dapat menimbulkan kematian mendadak, didapati bahwa 87% dari pasien penyakit jantung koroner yang meninggal mendadak di Indonesia menderita aritmia. Artinya, jika tidak dikenali dan ditangani dengan tepat aritmia sangat membahayakan penduduk Indonesia.
"Penyakit yang dikenal dengan gangguan irama jantung ini terjadi lantaran adanya gangguan produksi impuls atau abnormalitas penjalaran impuls listrik ke otot jantung," papar profesor aritmia RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Prof, Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP (K) di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jumat (11/8/2017).
Sementara di Indonesia jumlah kausus aritmia pada tahun 2011 terdapat 2,1 juta. Seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarakat serta para tim medis terkait penyakit ini, jumlah tersebut pun diprediksi akan terus mengalami peningkatan.
Namun sayang, jumlah dokter yang mampu mengatasi masalah aritmia pun jumlahnya sangat minim dan paling banyak berada di pulau Jawa. Selain minimnya tenaga profesional, penggunaan alat pun terbilang cukup mahal.
Bahkan untuk setiap pasien aritmia, harus mengeluarkan biaya mencapai Rp 50- Rp 100 juta. "Hanya ada 28 orang subspesialis aritmia dari 1000 dokter spesialis jantung dan pembuluh darah saat ini dan hanya 50 persen yang benar-benar aktif melakukan tindakan ablasi takiaritmia," pungkasnya.
"Penyakit yang dikenal dengan gangguan irama jantung ini terjadi lantaran adanya gangguan produksi impuls atau abnormalitas penjalaran impuls listrik ke otot jantung," papar profesor aritmia RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Prof, Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP (K) di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jumat (11/8/2017).
Sementara di Indonesia jumlah kausus aritmia pada tahun 2011 terdapat 2,1 juta. Seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarakat serta para tim medis terkait penyakit ini, jumlah tersebut pun diprediksi akan terus mengalami peningkatan.
Namun sayang, jumlah dokter yang mampu mengatasi masalah aritmia pun jumlahnya sangat minim dan paling banyak berada di pulau Jawa. Selain minimnya tenaga profesional, penggunaan alat pun terbilang cukup mahal.
Bahkan untuk setiap pasien aritmia, harus mengeluarkan biaya mencapai Rp 50- Rp 100 juta. "Hanya ada 28 orang subspesialis aritmia dari 1000 dokter spesialis jantung dan pembuluh darah saat ini dan hanya 50 persen yang benar-benar aktif melakukan tindakan ablasi takiaritmia," pungkasnya.
(nfl)